MANAJEMEN KEUANGAN RITEL
· Perencanaan
dan pengendalian finansial
Perencanaan dan
pengendalian keuangan meibatkan proyeksi-proyeksi berdasarkan standar dan
perkembangan dari umpan balik dan proses penyesuaian untuk memperbaiki prestasi
kerja.
Perencanaan keuangan
mencakup penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada alternatif strategi
produksi dan pemasaran untuk kemudian bagaimana menentukan kebutuhan
pendanaannya.
Perencanaan Keuangan
adalah proses dari :
1.
Menganalisis pendanaan
dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan.
2.
Memproyeksikan
konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghidari
hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang
akan datang.
3.
Menentukan alternatif
mana yang akan dipilih
4.
Mengukur hasil
selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.
· Sistem
pengendalian perdagangan ritel
Sistem pengendalian
intern perlu diterapkan pada berbagai jenis usaha bisnis termasuk pada usaha
bisnis ritel (retail). Usaha ritel yang saat ini sedang berkembang adalah usaha
ritel modern dalam bentuk swalayan. Penerapan pengendalian intern perlu
dilakukan pada seluruh kegiatan operasional swalayan, termasuk yang paling
utama yaitu sistem penjualan tunai dan penerimaan kas. Sistem pengendalian
intern bertujuan untuk mengamankan harta perusahaan. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan sistem penjualan tunai dan penerimaan kas pada Swalayan
Bentar cabang Mojokerto, dan menjelaskan penerapan pengendalian intern sistem
penjualan tunai dan penerimaan kas pada swalayan yang bersangkutan. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif Penelitian ini dilakukan dengan melakukan
analisis secara mendalam terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan kas,
serta unsur-unsur pengendalian intern, yaitu struktur organisasi, sistem wewenang
dan prosedur pencatatan, dan praktik yang sehat. Hasil penelitian terhadap
sistem penjualan tunai dan penerimaan pada Swalayan Bentar menyatakan bahwa
sistem penjualan tunai dilakukan oleh bagian kasir. Sedangkan sistem penerimaan
kas dilakukan oleh bagian kasir, supervisor kasir, bagian keuangan, dan manager
operasional. Sistem pengendalian intern pada penjualan tunai adalah penggunaan
barcode dalam setiap transaksi pembayaran dari pembeli. Sistem pengendalian
intern pada penerimaan kas memerlukan pemisahan fungsi dari bagian yang
memeriksa penerimaan kas (supervisor kas) dan bagian yang melakukan pencatatan
penerimaan kas dan penyetoran uang ke bank, yaitu bagian keuangan. Berdasarkan
hasil penelitian, disarankan untuk menerapkan sistem terkomputerisasi secara
menyeluruh terhadap aktivitas transaksi di Swalayan Bentar mengingat Swalayan
Bentar semakin berkembang. Perbaikan pembagian tugas juga perlu dilakukan untuk
mengantisipasi penyelewengan. Selain itu perlu dilakukan penambahan fasilitas
credit card agar transaksi pembayaran lebih efisien.
· Analisis
dan pengendalian biaya
Pembangunan perekonomian Indonesia pada saat ini sedang
berkembang seiring dengan pertumbuhan pembangunan di bidang lainnya.
Pembangunan ekonomi tersebut mempunyai arti pengolhan kekuatan ekonomi
potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, pembangunan
teknologi serta melalui penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
Dengan demikian kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk
dapat mengolah kekuatan ekonomi potensial yang tersedia. Dalam pengertian yang
lebih luas perusahaan merupakan organisasi yang terdiri dari bagian yang saling
berhubungan dan bekerjasama untuk beberapa maksud atau sasaran. Perusahaan
sebagai adalah satu pelaku ekonomi yang mempunyai tujuan memperoleh laba yang
wajar, perlu memiliki program dalam melaksanakan kegiatan. Bagi perusahaan yang
mengejar keuntungan dan berusaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
tentu akan menghadapi berbagai masalah yang akan timbul sehubungan dengan
kegiatan perusahaan. Salah satu contoh masalah yang dihadapi adalah bagaimana
melaksanakan pengendalian terhadap biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan.
Pengendalian secara menyuluruh dalam perusahaan karena hanya dengan demikian
apa yang mungkin dicapai oleh perusahaan dapat diketahui. Dalam dunia usaha,
yang menjadi ukuran keberhasilan perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan, maka
dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut berhasil dengan baik dalam
menjalankan usaha. Memperbesar jumlah laba dapat diilaksanakan melalui
keputusan dengan berbagai macam cara seperti menaikkan jumlah omset penjualan,
meminimalkan biaya atau menaikkan harga jual yang wajar. Perusahaan harus
melaksanakan suatu pengendalian terhadap biaya untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan operasional perusahaan.
Pengendalian biaya pada umumnya mencakup tiga fungsi manajemen
antara lain:
1.
Fungsi planning
melalui penetapan sasaran dan penyusunan rencana.
2.
Fungsi organizing pada
tingkat operasional
3.
Fungsi controlling
melalui evaluasi terhadap tujuan yang telah dicapai.
Setiap perusahaan yang ingin tetap berjalan harus mampu
mempertahankan eksistensinya dituntut untuk dapat bekerja secara maksimal,
efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan tingkat kemampuan manajemen untuk
mengendalikan perusahaan terutama dalam meningkatkan kualitas. Apabila
mekanisme operasi perusahaan relative masih sederhana, maka sistem pengendalian
dilakukan dengan sistem pengawasan langsung, tetapi jika perusahaan sudah
beroperasi dengan skala besar dan melibatkan beberapa bagian, maka manajemen
tidak lagi mampu mengadakan pengawsan langsung secara efektif. Dalam hal ini sistem
pengendalian perlu dilengkapi dengan sistem pengendalian wewenang dan sistem
pertanggungjawaban dengan menggunakan laporan tertulis. Anggaran adalah
merupakan salah satu alat perencanaan keuangan perusahaan yang sekaligus
dipakai sebagai dasar sistem pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan.
Dengan tersusunnya rencana keuangan tersebut terhadap pimpinan perusahaan dapat
lebih mudah melakukan koordinasi dalam melakukan koordinasi dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam proses pelaksanaan kegiatan perusahaan kita dapat menganalisa
apakah anggaran yang telah disusun dapat terlaksana sesuai rencana yang
ditetapkan sebelumnya, atau terdapat varians dalam melaksanakan varians yang
terjadi dapat dilihat pada akhir bulan atau akhir tahun dengan cara membandingkan
antara anggaran dan realisasinya. Varians yang selalu mutlak terjadi pada
setiap anggaran perusahaan perlu kita nilai apakah varians itu dapat dianggap
sebagai suatu yang wajar, artinya varians itu mutlak dan wajar tidak dapat
dihindari atau varians itu dianggap suatu yang tidap wajar, yang disebabkan
oleh kurangnya pengawsan dan terjadinya pemborosan. Perusahaan tidak terlepas
dari perencanaan anggaran biaya operasional, mulai dari tahap persiapan yang
diperlukan sebelum penyusunan rencana penyusunan anggaran itu sendiri.
Implementasi dari rencana tersebut sampai akhir tahap pengawsan dan evaluasi
dari hasil rencana tersebut.
· Analisis
dan pengendalian modal saham
Pembangunan perekonomian di suatu negara memerlukan adanya modal
yang besar. Bukan hanya modal sumber daya manusia dan alam, tetapi juga
modal berupa dana yang tidak sedikit. Pemerintah
akan mencoba untuk menghimpun dana dari masyarakat, baik
masyarakat dalam negeri maupun dari masyarakat luar negeri. Salah satu
cara menghimpun dana yang dapat dilakukan adalah dengan menggalakkan investasi.
Pemerintah akan berusaha menarik minat masyarakat untuk berinvestasi dengan
hasil yang menguntungkan. Perekonomian suatu negara
seringkali dinilai berdasarkan aktivitas
investasi yang terjadi. Apabila tingkat investasinya tinggi,
maka prospek perekonomian negara itu akan semakin bagus.
Investasi yang dianggap paling cepat memberikan keuntungan
adalah investasi melalui pasar modal. Karena itu, pasar modal akan
menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal menjadi
alternatif penghimpun dana dari masyarakat selain sistem perbankan.
Instrumen keuangan di pasar modal yang paling banyak digunakan untuk menarik
dana dari masyarakat adalah saham biasa (common stock). Pada
umumnya para investor memilih investasi dengan saham biasa, karena harapannya
akan memperolehreturn, yang berupa capital gain/capital loss dan dividend.
Capital gain/loss adalah selisih dari harga jual dan harga
beli saham, sedangkan dividend adalah sisa keuntungan
perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Setiap investor
mempunyai preferensi yang berbeda-beda untuk return yang
diharapkannya. Ketidakpastian returnyang akan diperoleh
merupakan risiko yang harus dihadapi oleh para investor. Karena itu, investor
akan berhati-hati untuk memutuskan investasi apa yang akan dipilihnya.
Pada saat akan berinvestasi dalam suatu saham, investor akan
berusaha menilai perusahaan untuk memperkirakan return yang
diharapkan dapat diperolehnya. Harga saham suatu perusahaan di pasar modal
seringkali menjadi acuan untuk menunjukkan nilai
perusahaan tersebut. Analisis fundamental perusahaan,
menjadi salah satu cara
untuk menilai kinerja dan
prospek perusahaan. Dividen merupakan salah satu faktor fundamental yang
diperkirakan akan dapat mempengaruhi harga saham. Saat ini masih terjadi
perdebatan tentang relevan tidaknya kebijakan dividen Hasil
penelitian Setyorini (2001), menunjukkan bahwa kandungan informasi dalam
pengumuman dividen dapat berpengaruh terhadap abnormal retun suatu
saham, yang berarti mempengaruhi harga saham. Informasi kenaikan deviden
bisa ditafsirkan sebagai tanda optimis sehubungan dengan keuntungan perusahaan,
dan sebaliknya penurunan dividen dapat ditafsirkan adanya
penurunan keuntungan dimasa depan (Dewi, 2003).
Bagi investor yang mengharapkan return dari dividen, tentu
akan memperhatikan informasi yang berhubungan dengan pembayaran deviden yang
akan dilakukan perusahaan.
Jika suatu perusahaan memperoleh keuntungan, bukan berarti
perusahaan tersebut pasti membagikan dividen. Darmadji dan Fakhruddin
(2001:116) menyatakan bahwa dividen baru bisa diterima investor jika dua syarat
terpenuhi, yaitu perusahaaan memperoleh keuntungan dan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) yang berwenang telah memutuskan pembagian dividen atas laba
tersebut.
Pembayaran dividen juga tergantung kepada kebijaksanaan dewan
direksi perusahaan (Sundjaya dan Barlian,
2003:353). Ada aturan yang membatasi pembayaran
dividen tersebut. Sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham
biasa dilakukan, semua tuntutan atau
kewajiban kepada pemerintah, kreditur dan pemegang saham
preferen harus dipenuhi terlebih dahulu. Pihak manajemen perusahaan akan
mempertimbangkan berbagai hal untuk menentukan kebijakan dividennya. Kebijakan
mengenai apakah perusahaan akan melakukan pembayaran dividen
atau tidak, atau berapa besarnya dividen
yang akan dibayarkan dapat mempengaruhi penilaian investor tentang
kondisi perusahaan. Di lain pihak, pemegang saham biasa yang merupakan investor
adalah pihak luar yang sangat sedikit memperoleh
informasi tentang kondisi perusahaan. Jika
investor dapat mengetahui hal-hal apa yang menjadi pertimbangan pihak manajemen
perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai pembayaran dividen kasnya, maka
investor dapat memprediksi dividen kas yang akan diperolehnya sebagai
pengembalian atas investasi yang dilakukannya.
Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa pasar modal
bereaksi terhadap semua informasi yang berhubungan dengan perusahaan. Informasi
yang dianggap memberikan kabar baik dapat
menaikkan harga dan sebaliknya informasi yang dianggap kabar
buruk akan menurunkan harga. Bagi investor yang
menginginkan return dari dividen, tentu akan menganalisa
variabel-variabel yang kemungkinan dapat mempengaruhi keputusan perusahaan
dalam melakukan pembayaran dividen. Penelitian mengenai hal ini juga
telah banyak dilakukan untuk membantu investor dan manajemen untuk memutuskan
kebijakan dividen yang terbaik bagi pihak-pihak yang terkait. Baker dan
Powell (2000) melakukan survei terhadap
perusahaaan-perusahaan yang terdaftar di NYSE
tahun 1997, untuk mengetahui pandangan manajer perusahaan mengenai
faktor-faktor apa saja yang menentukan kebijakan dividen. Penelitian
mereka memperoleh hasil bahwa faktor yang paling mempengaruhi kebijakan dividen
adalah tingkat laba dan kontinyuitas dividen masa lalu. Sebuah
survei juga pernah dilakukan di Bursa Efek Jakarta yang tujuannya untuk menilai
pandangan para pemimpin eksekutif terhadap kebijakan dividen
dan kebijakan struktur modal. Hasil survei menunjukkan bahwa
bagi para eksekutif, variabel yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen adalah
variabel laba dan kesempatan investasi. Selain itu, cash ratio, cashflow,
dan harga saham juga menjadi variabel yang mempengaruhi dividen (Pefindo :1997
dalam Anshori :2001).
Sutrisno (2001) telah meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi dividend payout ratio pada
perusahaan publik. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tidak semua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang
signifikan. Dari 6 variabel yang diteliti, hanya variabel posisi
kas dan rasio hutang yang berpengaruh signifikan, sedangkan variabel potensi
pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan dan profitabilitas tidak cukup
signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Erawati dan Sisdyani (2005),
yang meneliti 5 variabel, dan hasilnya menyatakan bahwa dividen kas tahun
sebelumnya dan laba yang diperoleh perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap pembayaran dividen kas, tetapi hutang dan likuiditas justru
berpengaruh tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Dewi (2003) yang juga menyatakan bahwa laba dan dividen tahun lalu
berpengaruh signifikan.
Banyak penelitian tentang kebijakan dividen yang telah
dilakukan, tetapi hasil penelitian-penelitian tersebut tidak ada yang
konsisten. Dari permasalahan inilah, peneliti merasa tertarik untuk menguji
ulang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen kas.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan
oleh Kania dan Bacon (2005), yang melakukan penelitian untuk menguji
faktor-faktor yang memotivasi kebijakan dividen perusahaan.
Persamaan penelitian ini dengan
penelitian Kania dan Bacon (2005) adalah variabeldependent yang
digunakan, yaitu menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR),
tetapi sampel perusahaan dan variabel independent yang
digunakan berbeda. Kania dan Bacon (2005) mengamati beberapa variabel,
yaitu Return On Equity (ROE), pertumbuhan penjualan,
likuiditas (current ratio), rasio hutang (Debt to Total Asse)t,
Insider Ownership, Beta, Institusional Ownership, penggunaan
modal, dan pertumbuhan earning per share, sedangkan penelitian ini
hanya fokus pada variabel keuangan yang bersifat intern yaitu ROE, variabel
pertumbuhan earning pershare, likuiditas dan rasio hutang.
Ukuran likuiditas diukur dengan cash ratio karena ukurannya
lebih tajam dibandingkancurrent ratio, sedangkan rasio hutang diukur
dengan Debt to Equity Ratio. Penelitian ini menambahkan
variabel dividen periode sebelumnya
karena diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan
pembayaran dividen saat ini, berdasarkan adanya beberapa penelitian
mengenai hal itu. Selain itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta tahun 2004, sedangkan
sampel yang digunakan oleh Kania dan Bacon (2005) adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar dan datanya
terdapat dalam websitewww.MultexInvestor.com, sebuah website pemandu
pasar modal.
thanks ya infonya !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id